1. Penurunan Signifikan di Paruh Pertama
Indeks Dolar (DXY) merosot sekitar 11% dari Januari hingga akhir Juni 2025, menandai penurunan terbesar sejak tahun 1973 Morgan Stanley. Salah satu penyebab utama adalah ketidakpastian kebijakan ekonomi, kenaikan tarif, dan tekanan terhadap kepercayaan investor internasional Morgan StanleyFinancial Times.
2. Pemulihan Moderat pada Juli
Setelah tertekan di paruh pertama, Dolar mulai bangkit kembali dengan penguatan sekitar 3,2% sepanjang Juli Morgan Stanley.
3. Ekspektasi Pelonggaran Fed dan Tekanan terhadap Dolar
Wells Fargo memperkirakan bahwa Dolar kemungkinan akan melemah lebih lanjut hingga akhir 2025, karena Federal Reserve diperkirakan akan menyuntikkan pelonggaran moneter dengan penurunan suku bunga sekitar 75 basis poin, melalui pemangkasan di September, Oktober, dan Desember The Daily Hodl.
4. Ramalan Outlook Global
- Cambridge Associates memproyeksikan Dolar bakal tetap kuat di awal tahun, namun mengalami pelemahan bertahap di akhir tahun karena pertumbuhan ekonomi AS yang Bokep Viral dan pemangkasan suku bunga Cambridge Associates.
- Morgan Stanley menyatakan bahwa pelemahan cukup tajam telah terjadi, dan tren ini diperkirakan berlanjut — hingga potensi tambahan 10% penurunan menuju akhir 2026. Ada pemulihan kecil, tetapi tren umum tetap menekan Morgan Stanley.
- J.P. Morgan menyoroti bahwa meskipun indeks DXY sudah mencapai puncak di 2022, real broad effective exchange rate (REER) masih berada di level sangat tinggi — sekitar dua standar deviasi di atas rata-rata 50 tahun — yang menunjukkan ruang terbatas untuk apresiasi lebih lanjut Watcher GuruAdvisorpediaWorld Economic Forum.
5. Sentimen Pasar: Risiko dan Diversifikasi Global
- Goldman Sachs memperingatkan bahwa Dolar bisa terus diperdagangkan seperti “mata uang berisiko” (mirip mata uang emerging markets), kondisi yang memperlihatkan korelasi penurunan Dolar dan pasar saham secara bersamaan di 2025 — situasi yang jarang terjadi MarketWatch.
- JP Morgan (via media) dan The Guardian mencatat sentimen global cenderung berpindah ke pasar berkembang karena USD melemah, yang berdampak positif terhadap aset-aset em The Times of IndiaThe Guardian.
- Financial Times menyebut bahwa “hak istimewa luar biasa” Dolar AS kini dalam risiko, karena kebijakan AS yang tak terduga menurunkan minat investor asing terhadap aset berdenominasi USD Financial Times.
- Reuters menyoroti strategi “America First” bisa melemahkan dominasi Dolar melalui munculnya blok ekonomi regional (Eropa & Asia) ke depannya Reuters.
6. Faktor Eksternal: Perang Dagang dan Ketegangan Geopolitik
Tarif baru terhadap Kanada, Meksiko, dan China memicu penurunan tajam DXY sebesar 4,2% hanya dalam minggu awal Maret 2025, menjadi penurunan satu minggu terbesar sejak krisis 2008 Bokep.
Ringkasan Tabel
Periode | Perkembangan Utama |
---|---|
Jan–Jun 2025 | Indeks DXY turun sekitar 11% — penurunan terbesar sejak 1973 |
Juli 2025 | Dolar pulih +3,2% |
Sep–Des 2025 (ekspektasi) | Wells Fargo & analis lain proyeksikan Dolar makin melemah |
Akhir 2025 | Prediksi mixed: beberapa optimistis rebound; general bearish |
Geopolitik & Risiko | “Mata uang risiko”, pergeseran dana ke aset emerging markets |
Faktor Eksternal | Tarif US → pelemahan tajam Dolar |
Kesimpulan
- Dolar melemah tajam di paruh pertama 2025, terutama disebabkan oleh ketidakpastian kebijakan, tarif, serta pasar global yang beralih ke aset alternatif.
- Penguatan moderat terjadi pada Juli, namun tren pelemahan lebih lanjut diprediksi akan berlanjut hingga akhir tahun, terutama jika Fed mulai menurunkan suku bunga secara agresif.
- Outlook jangka panjang menunjukkan sentimen bearish, meski struktur ekonomi dan keunggulan fundamental masih mendukung posisi Dolar di pasar internasional.
- Ketidakstabilan politik dan kebijakan AS turut menekan kepercayaan global, memicu diversifikasi ke mata uang lain dan penguatan aset emerging markets.